Minggu, 03 Februari 2008

Polusi Penyebab Penyakit

Polusi Udara Pengaruhi Penyakit Tanaman

Kompas Cybermedia

Sebuah penelitian yang melibatkan data berjangka waktu 160 tahun menunjukkan bagaimana polusi udara terkait dengan penyakit tanaman. Disebutkan bahwa emisi industri secara langsung bisa berdampak pada jenis mikroba yang menyerang tanaman gandum.
Setiap tahun, petani gandum di AS merugi sekitar 250 juta dollar AS akibat kerusakan yang disebabkan jamur Mycosphaerella graminicola. Sedangkan petani di Eropa mengeluarkan sekitar 400 juta dollar AS per tahun untuk membeli fungisida yang dipakai membasmi jamur merugikan ini, serta jenis lain yang dikenal sebagai Phaeosphaeria nodorum.

Nah, selama beberapa waktu dalam abad ini, para petani Eropa mendapatkan bahwa P. nodorum menjadi lebih sering dijumpai, dan M. graminicola yang dahulu dominan kini menjadi makin sedikit. Hal ini sempat membuat para ilmuwan bertanya-tanya apa yang terjadi. Kini, sekelompok peneliti yakin mereka telah mengetahui alasan perubahan tersebut.

Data dari contoh-contoh gandum Inggris yang merupakan hasil penelitian sejak musim gugur tahun 1843 menyediakan jawaban atas teka-teki itu. Petunjuk muncul setelah para ilmuwan mengekstrak dan merangkai DNA dari materi tanaman serta mengukur jamur-jamur pathogen yang ada 160 tahun lalu.

Dari hasilnya, mereka kemudian membandingkan dengan faktor lingkungan yang mungkin memiliki pengaruh terhadap penyebaran penyakit gandum. Para ilmuwan mulanya mengira akan melihat hubungan kenaikan suhu akibat pemanasan global dengan makin banyaknya P. nodorum. Tapi mereka keliru. Pola yang paling kuat keterkaitannya dengan naiknya P. nodorum justru faktor polusi udara.
"Ini adalah pertama kalinya kita bisa benar-benar menghubungkan dinamika populasi dua jamur pathogen itu dengan polusi lingkungan," kata ahli penyakit tanaman, Bart Fraaije dari Rothamsted Research di Harpenden, Inggris.

Tim itu secara spesifik mengamati tingkat sulfur dioksida - bahan pencemar yang dihasilkan industri seperti pembangkit listrik tenaga batu bara. Tahun 1844, misalnya, emisi sulfur dioksida di Inggris mencapai angka 1 juta ton per tahun, dan saat itu M. graminicola tiga kali lebih banyak daripada P. nodorum. Namun angka polusi ini meningkat menjadi 6 juta ton tahun 1970, dan M. graminicola menjadi hilang, sementara populasi P. nodorum meledak menjadi 100 kali tahun 1844.

Kini, dengan menurunnya pembakaran batu bara selama dua dekade terakhir (yang berakibat pada penurunan emisi sulfur dioksida), rasio jamur gandum di Eropa (antara M. graminicola dan P. nodorum) kembali kurang lebih pada angka seperti sebelum jaman industri.

Bagaimana tepatnya polusi bisa mempengaruhi populasi penyakit tanaman gandum ini? Fraaije menekankan bahwa jamur bereaksi secara berbeda terhadap peningkatan keasaman hujan akibat sulfur dioksida, terutama ketika mereka membentuk spora reproduksi. Tapi ia menambahkan bahwa mekanisme itu sangat rumit, dan melibatkan pula lapisan ozon.
Fraaije dan rekan-rekannya berharap penelitian mereka akan memberi pemahaman lebih mengenai pengaruh polusi terhadap tanaman pangan, dan suatu hari akan mengantar kita pada perkiraan yang lebih baik mengenai penyakit-penyakit tanaman yang mungkin timbul karena perubahan lingkungan.




Tidak ada komentar: