Minggu, 03 Februari 2008

Penjualan Lewat Internet

Cara dan Strategi Menjual Produk di Internet

Oleh : AL ARIF

" Bagaimana ANDA bisa MENJUAL PRODUK APA SAJA DENGAN INTERNET , Dan Mengembangkan Bisnis Anda Dengan Efisiensi Biaya, Waktu dan Tenaga "
Dipublikasikan Oleh : Setiawati – Malang
Betapa Sulitnya Memasarkan Produk Anda Secara Konvensional ...

Membuat produk itu mudah, tapi memasarkan itu yang sulit. Inilah kenyataan yang sering saya lihat dan saya dengar.

Berbagai kendala yang sering dihadapi kebanyakan orang dalam memasarkan produknya antara lain
Modal kecil, sehingga biaya pemasaran tidak mampu mendongkrak penjualan produk
Banyaknya pesaing dengan produk sama. Apalagi jika pesaing Anda adalah perusahaan besar yang bermodal 'kuat'
Sulitnya menemukan calon konsumen yang tepat untuk produk Anda. menemukan calon konsumen saja susah, apalagi menjual !!!????
Terbatasnya sumber daya. Sehingga Anda berjalan apa adanya

Mungkin kondisi di atas yang Anda hadapi. Semua pebisnis juga pernah menghadapi hal yang sama, khususnya Usaha Kecil Menengah (UKM) - pengusaha kecil.

Segera Tinggalkan Strategi Pemasaran Yang Tidak Efisien Itu !!!

Akhir-akhir ini saya sering mendapatkan pertanyaan, bagaimana cara memasarkan produk yang efektif dan efisien ? Bagaimana strategi agar produk saya bisa 'laku', dengan biaya pemasaran yang terjangkau ? Bagaimana cara agar Anda bisa menghemat tenaga, waktu dan biaya, namun produk Anda tetap 'laris manis' ?

Jawaban saya selalu... "GUNAKAN INTERNET untuk menjual produk Anda !"

Saya tidak asal bicara. Saya juga pernah mengalami kondisi yang kurang lebih sama dengan yang dialami para pebisnis lainnya. Sulit memasarkan produk. Terlebih jika produk segmen pasarnya sempit, alias hanya orang-orang tertentu saja konsumennya.

Dengan menggunakan internet, terbukti saya bisa menjual produk-produk yang saya miliki. Tidak peduli, apakah produk itu berupa barang atau jasa, harganya murah atau mahal, segmen pasarnya luas atau sempit, segmen pasarnya lokal ataupun internasional. Saya bisa melakukannya. Itulah mengapa saya selalu menganjurkan kepada siapa saja untuk menjadikan internet sebagai bagian strategi utama pemasaran.

Apapun Produk dan Bisnis Anda, Serta Siapapun Anda, BUKAN MASALAH !!!

Saya ingin menegaskan beberapa point berkaitan dengan strategi pemasaran produk via internet. Apapun produk Anda, Anda bisa menjualnya via internet
Produk apapun yang Anda miliki atau Anda hasilkan, bisa Anda pasarkan via internet. Baik produk berupa barang ataupun jasa.

Sebagai bukti, saat ini saya bisa menjual aneka produk via internet. Produk saya antara lain : Mesin - mesin bisnis, obat-obatan, busana, pelatihan, usaha pendidikan, makanan, dll

Apa produk Anda ? Pasti bisa dikembangkan pemasarannya dengan internet !!!
Bisnis apapun yang Anda jalani, bisa berkembang pesat dengan internet
Internet adalah media yang efektif untuk mengembangkan jaringan bisnis, mencari customer baru, mencari mitra baru, serta peluang baru. Apapun bisnis Anda, gunakan internet sebagai media pengembangan bisnis
Siapapun Anda, dan dengan kemampuan apapun dalam 'berinternet', BUKAN HALANGAN
Seawam apapun Anda di IT (tekonologi informasi, internet, komputer), bukan menjadi halangan dalam pemasaran online. Saya akan menunjukkan beberapa langkah yang harus Anda lakukan
Dimanapun Anda berada, Strategi pemasaran online tetap efektif
Dimanapun lokasi Anda, Anda tetap bisa menggunakan strategi pemasaran online untuk kesuksesan bisnis Anda.

Begitu pentingnya strategi pemasaran via internet, sehingga saya menyarankan Anda segera mengambil langkah HARI INI JUGA

Apa yang harus Anda Lakukan ?

Langkah Yang Harus Anda Ambil Hari ini ... Sediakan waktu untuk belajar strategi pemasaran online
Belajarlah strategi pemasaran online kepada yang lebih berpengalaman
Lakukan langkah strategi pemasaran online yang cerdas secara konsisten


Dan langkah yang HARUS ANDA HINDARI adalah :
MENCOBA-COBA SENDIRI (trial and error) di pemasaran online. Ini hanya akan membuang waktu dan tenaga Anda. Dan tingkat keberhasilannya rendah. Kecuali, Anda telah mengetahui dasar-dasar strategi pemasaran online yang baik
BERTANYA DAN BELAJAR KEPADA ORANG YANG "SALAH". Tidak semua yang mengenal internet memahami strategi pemasaran di internet. Belajarlah kepada mereka yang telah sukses. Bertanya kepada orang yang salah, menyebabkan Anda salah langkah.
RAGU-RAGU. Keraguan Anda mungkin disebabkan oleh : perasaan tidak mampu, pernah kena tipu di internet, dll. Tapi percayalah, keraguan Anda akan sirna jika Anda mengetahui segala sesuatu secara benar.










Polusi Penyebab Penyakit

Polusi Udara Pengaruhi Penyakit Tanaman

Kompas Cybermedia

Sebuah penelitian yang melibatkan data berjangka waktu 160 tahun menunjukkan bagaimana polusi udara terkait dengan penyakit tanaman. Disebutkan bahwa emisi industri secara langsung bisa berdampak pada jenis mikroba yang menyerang tanaman gandum.
Setiap tahun, petani gandum di AS merugi sekitar 250 juta dollar AS akibat kerusakan yang disebabkan jamur Mycosphaerella graminicola. Sedangkan petani di Eropa mengeluarkan sekitar 400 juta dollar AS per tahun untuk membeli fungisida yang dipakai membasmi jamur merugikan ini, serta jenis lain yang dikenal sebagai Phaeosphaeria nodorum.

Nah, selama beberapa waktu dalam abad ini, para petani Eropa mendapatkan bahwa P. nodorum menjadi lebih sering dijumpai, dan M. graminicola yang dahulu dominan kini menjadi makin sedikit. Hal ini sempat membuat para ilmuwan bertanya-tanya apa yang terjadi. Kini, sekelompok peneliti yakin mereka telah mengetahui alasan perubahan tersebut.

Data dari contoh-contoh gandum Inggris yang merupakan hasil penelitian sejak musim gugur tahun 1843 menyediakan jawaban atas teka-teki itu. Petunjuk muncul setelah para ilmuwan mengekstrak dan merangkai DNA dari materi tanaman serta mengukur jamur-jamur pathogen yang ada 160 tahun lalu.

Dari hasilnya, mereka kemudian membandingkan dengan faktor lingkungan yang mungkin memiliki pengaruh terhadap penyebaran penyakit gandum. Para ilmuwan mulanya mengira akan melihat hubungan kenaikan suhu akibat pemanasan global dengan makin banyaknya P. nodorum. Tapi mereka keliru. Pola yang paling kuat keterkaitannya dengan naiknya P. nodorum justru faktor polusi udara.
"Ini adalah pertama kalinya kita bisa benar-benar menghubungkan dinamika populasi dua jamur pathogen itu dengan polusi lingkungan," kata ahli penyakit tanaman, Bart Fraaije dari Rothamsted Research di Harpenden, Inggris.

Tim itu secara spesifik mengamati tingkat sulfur dioksida - bahan pencemar yang dihasilkan industri seperti pembangkit listrik tenaga batu bara. Tahun 1844, misalnya, emisi sulfur dioksida di Inggris mencapai angka 1 juta ton per tahun, dan saat itu M. graminicola tiga kali lebih banyak daripada P. nodorum. Namun angka polusi ini meningkat menjadi 6 juta ton tahun 1970, dan M. graminicola menjadi hilang, sementara populasi P. nodorum meledak menjadi 100 kali tahun 1844.

Kini, dengan menurunnya pembakaran batu bara selama dua dekade terakhir (yang berakibat pada penurunan emisi sulfur dioksida), rasio jamur gandum di Eropa (antara M. graminicola dan P. nodorum) kembali kurang lebih pada angka seperti sebelum jaman industri.

Bagaimana tepatnya polusi bisa mempengaruhi populasi penyakit tanaman gandum ini? Fraaije menekankan bahwa jamur bereaksi secara berbeda terhadap peningkatan keasaman hujan akibat sulfur dioksida, terutama ketika mereka membentuk spora reproduksi. Tapi ia menambahkan bahwa mekanisme itu sangat rumit, dan melibatkan pula lapisan ozon.
Fraaije dan rekan-rekannya berharap penelitian mereka akan memberi pemahaman lebih mengenai pengaruh polusi terhadap tanaman pangan, dan suatu hari akan mengantar kita pada perkiraan yang lebih baik mengenai penyakit-penyakit tanaman yang mungkin timbul karena perubahan lingkungan.




Biofuel



Deptan Kembangkan Biofuel dari Kelapa di Kawasan Pesisir

By Harry Surjadi

Departemen Pertanian akan mengembangkan bahan bakar nabati atau biofuel dengan bahan baku kelapa untuk membantu nelayan di kawasan pesisir maupun pulau-pulau terpencil. Demikian dilaporkan oleh LKBN Antara tanggal 9 September 2006.

Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, hari Sabtu tanggal 9 September 2006, menyatakan pengembangan tahap awal proyek tersebut akan dilakukan di enam wilayah di Indonesia.

"Dengan penggunaan bahan bakar nabati berbahan kelapa ini harganya lebih murah apalagi jika nantinya harga solar tidak lagi disubsidi," katanya pada pencanangan Penanaman Kelapa dan Penggunaan Biodiesel untuk Nelayan dan Angkutan Darat di Pelabuhan Nizam Zahman Muara Baru Jakarta Utara.

Pada pencanangan tersebut Mentan mencoba menaiki perahu nelayan dengan memanfaatkan bahan bakar biodiesel minyak kelapa serta melepas mobil berbahan bakar yang sama untuk melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Situbondo, Jawa Timur.

Mentan menyatakan, nelayan di wilayah terpencil selalu mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) solar maupun minyak tanah untuk melaut selain harganya mahal barangnya juga susah didapatkan.

Oleh karena itu, tambahnya, penggunaan biodiesel tersebut diharapkan mampu menyediakan bahan bakar bagi nelayan dengan harga terjangkau.

Mengenai wilayah yang akan dijadikan pengembangan biofuel berbahan kelapa tersebut, Anton menyatakan, pada 2007 akan dilakukan pilot proyek di Riau, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Barat.

Sementara itu Direktur Incofact Bioenergi Baluran Situbondo Jatim, M Yahya Arif menyatakan, biodiesel berbahan kelapa lebih murah dan menguntungkan karena biaya produksi yang dikeluarkan hanya Rp 3.600/liter sementara harga jual mencapai Rp 4.000/liter.

Selain itu, tambahnya, proses pembuatannya juga cukup mudah dibanding BBM solar maupun minyak, karena bahan bakar nabati tersebut hanya memerlukan fermentasi selama delapan jam untuk solar dan empat jam dengan minyak tanah.

"Yang jelas pengembangan biodiesel dengan kelapa ini tidak akan kehabisan bahan baku karena masa panen kelapa tak mengenal musim," katanya.

Syahril, Kepala Rukun Nelayan Muara Baru mengakui, penggunaan biodisel selama tiga hari tidak menimbulkan masalah terhadap mesin perahunya.

Selain itu, tambahnya, menggunakan bahan bakar biodiesel lebih hemat hingga 20 persen dibanding memakai solar.

Dia mengatakan, selama ini harga solar terlalu memberatkan bagi nelayan pantai seperti dirinya yang hanya melaut dari subuh hingga pagi hari.

Teknologi di Luar Musim

Indonesia Kembangkan Teknologi Produksi Buah di Luar Musim


By Redaksi Pustakatani

Para peneliti Indonesia dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Balai Penelitian Bioteknologi dan Genetika (Balitbiogen) LIPI berhasil mengembangkan teknologi produksi buah di luar musim. Demikian dilaporkan oleh Kantor Berita Nasional Antara tanggal 8 Januari 2007 di Bogor.

"Panen rambutan binjai pada tahun 2006 lalu merupakan panen kesembilan kalinya, sejak penelitian buah-buahan tropika dimulai pada tahun 1993," kata Prof Dr Ir H Roedhy Poerwanto, MSc, peneliti senior di IPB, Senin tanggal 8 Januari 2007.

Wujud temuan teknologi tersebut berhasil dilakukan untuk buah rambutan binjai yang pada awal Desember 2006 panen raya di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB, Jalan Raya Tajur, Bogor.

Ia menjelaskan, di lahan seluas tujuh hektar, yang dua hektar diantaranya ditanami rambutan, PKBT memulai penelitian dengan pendanaan dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) berupa Dana Penelitian Hibah Bersaing.

"Sekarang pendanaan penelitian dilanjutkan dengan dana dari Kantor Menteri Negara Riset dengan nama Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas)," katanya.

Ketika ditanya mengapa rambutan jenis binjai yang dipilih untuk penelitian, ia menjelaskan, lantaran merupakan salah satu varietas unggul rambutan dibanding varietas lainnya.

"Cita rasa dan produktivitasnya sangat unggul. Meski demikian ada kelemahannya juga, yakni mudah terserang kanker batang," katanya.

Ia pun menyebutkan, obat kanker batang adalah campuran deterjen dan lisol, sejenis obat yang biasa digunakan untuk mengepel lantai.

Menurut dia, yang paling mendasar dari temuan penelitian teknologi produksi buah di luar musim adalah berguna untuk mempercepat mulai masa panen.

"Bahkan, Departemen Pertanian negara Thailand pernah meminta izin khusus, agar teknologi ini bisa digunakan oleh para petani di Thailand," ungkap Roedhy Poerwanto.

Ia menambahkan, rambutan binjai yang sebenarnya pada skala penelitian tersebut sudah bisa dijual, bahkan untuk beberapa daerah, seperti di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, hasilnya sudah diekspor, antara lain ke Hongkong, Singapura, Timur Tengah dan Belanda.

Salah Asuh


Akibat Salah Asuh sejak Lama

By Redaksi Pustakatani

Pertarungan batin dialami Suyoto (54), seorang petani dan petugas penyuluh lapangan di Kabupaten Sukoharjo. Ia tahu betul bahwa pertanian kimia tidak hanya merusak alam, tetapi juga berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia.

Ia pun paham bahwa metode pertanian organik seharusnya bisa membuat petani lebih sejahtera karena biaya yang dikeluarkan bisa terus ditekan, sedangkan hasil yang diperoleh selalu meningkat.

Akan tetapi, embel-embel sebagai pegawai negeri yang harus tunduk pada peraturan pemerintah membuat Suyoto tidak bisa bebas menyuarakan pertanian organik. Apalagi konsep pertanian organik pemerintah adalah pertanian organik yang mendua, masih memakai campuran produk kimia. Kampanye organik masih diikuti dengan penjualan urea.

Sebaliknya, pendampingan bagi petani agar beralih ke pertanian organik juga belum dilakukan secara intensif. "Paling-paling hanya satu musim. Setelah itu, proyek pendampingan petani berhenti," katanya. Pendekatan yang sama juga dilakukan sejumlah LSM.

Jika prosesnya seperti itu, Suyoto sangsi bisa membantu petani kembali ke pertanian organik. Apalagi pengalihan pertanian konvensional (yang terlanjur non-organik dan jenuh pestisida) ke pertanian organik tak sebatas alih metode pertanian, tetapi juga peralihan ideologi kemandirian yang lepas bebas dari ketergantungan pada pihak lain.

Ketergantungan sarana produksi pertanian konvensional terlihat jelas pada kebutuhan petani akan bibit, pupuk, hingga pestisida. Harga sarana produksi itu ditentukan oleh pabrik dan pemerintah. Begitu pula dengan kontrol pemerintah atas harga beras sehingga petani tidak punya posisi tawar untuk menaikkan kesejahteraan mereka.

Sebagai petani, Suyoto pun belum maksimal menerapkan teknik pertanian organik. Karena doktrin pertanian konvensional yang berlangsung puluhan tahun, Suyoto masih malu dengan petani di kanan-kirinya untuk mengganti pupuk urea dengan pupuk kompos.

Apalagi percobaan penanaman padi dengan metode organik total hanya menghasilkan gabah tidak lebih dari 50 persen dibandingkan hasil dari pertanian hijau. Akhirnya, ia hanya memilih untuk tidak memakai pestisida sama sekali, tetapi masih mengandalkan pupuk urea. "Inilah akibat dari salah asuh yang sudah terlalu lama," kata Suyoto sambil tertawa.

TO Suprapto, Koordinator Nasional IPPHTI, juga mempertanyakan keseriusan pemerintah untuk menetapkan tahun 2010 sebagai tahun pertanian organik. Bila tahun 2010 disasar sebagai tahun pertanian organik, seluruh komponen yang mendukung pertanian organik perlu disiapkan.

Salah satu contoh kecil adalah minimnya data tentang pertanian organik di hampir semua institusi dinas pertanian di tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Gerakan pertanian organik masih berupa aksi-aksi kecil di tingkat individu, dusun atau desa yang—biasanya—merupakan daerah dampingan suatu kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi masyarakat.

"Karena itu, saya mengusulkan kampanye hasil pertanian organik sebagai produk sehat. Selain itu, pertanian organik harus meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi tidak memberatkan konsumen karena akan percuma saja bila produksi meningkat, namun daya beli masyarakat rendah," kata Suprapto.

Dalam perhitungan matematis produksi pertanian konvensional, petani bisa jadi hanya menjadi buruh sukarela untuk menanam dan merawat tanaman. Tenaga mereka sering kali tidak dimasukkan dalam komponen biaya produksi. Apalagi harga produk pertanian—terutama beras—bukanlah harga yang ditentukan petani sebagai produsen, melainkan harga yang sudah ditetapkan secara baku oleh pihak yang berkuasa (baca: pedagang dan pemerintah), melalui mekanisme pasar dengan berbagai dalih, seperti pengamanan stok pangan nasional.

Katamso, Ketua Kelompok Tani Organik Gemari di Dusun Jomboran, Desa Sendangagung, Minggir, Sleman, pernah menghitung besarnya pengeluaran untuk satu kali masa tanam. Harga satu kilogram bibit setara dengan sekilo beras, yakni antara Rp 3.500 hingga Rp 5.000 per kilogram. Untuk 1.000 meter persegi tanah dibutuhkan 5 kilogram bibit.

Sedangkan kebutuhan pupuk urea untuk tanah seluas 1.200 meter persegi mencapai 50 kilogram. Bila beruntung, petani bisa mendapatkan pupuk urea bersubsidi seharga Rp 52.500 untuk 50 kilogram. Selain urea, masih berjenis pupuk kimia lain yang harus dikonsumsi padi hibrid itu.

Pengeluaran petani masih ditambah dengan sejumlah komponen jasa, seperti ongkos traktor, membayar tenaga buruh tanam, dan biaya jasa lain. Belum lagi biaya untuk sewa tanah atau penyusutan lahan.

Untuk biaya produksi, petani harus merogoh hingga Rp 400.000. Hasil yang diperoleh sekitar 2,75 kuintal beras, untuk jenis panenan tergolong baik. Bila petani mengolah sendiri pascaproduksi seluruh, beras ini setara dengan Rp 962.500.

Namun, sejumlah pengeluaran pascapanen, seperti penjemuran serta penggilingan dari gabah menjadi beras, juga harus dilakukan sendiri. Belum lagi bila padi dikonsumsi sendiri, sekitar empat bulan masa tanam. "Mengerikan sekali kalau harus menghitung hasil pertanian kimia. Sepertinya, usaha petani tidak ada harganya," tutur Katamso.

Karena perhitungan yang begitu mencekik petani, Katamso memilih untuk menerima pelajaran bertani organik. Di bawah bimbingan petani dari Dusun Kleben, Godean, Sleman, Katamso dan belasan petani Jomboran belajar membuat pupuk kompos.

Keberpihakan

Di tengah mulai berakarnya pertanian organik yang telah dirintis selama 6 tahun, Suratman, petani di Dusun Temon, Desa Banyuaeng, Karangnongko, Klaten, justru memilih untuk meninggalkan metode pertanian organik dan kembali ke pertanian hijau.

Alasannya sederhana: rantai pemasaran yang selama ini dijalankan kelompok pertanian Sari Pratiwi mandek sejak tahun 2004. Akibatnya, ia lebih senang bertani secara praktis dengan memanfaatkan sarana produksi kimia.

"Hasil yang didapat dari pertanian organik juga tidak sebanyak pertanian dengan kimia. Karena itu, saya memilih memakai pupuk kimia dan pestisida saja."

Beras dari "pertanian hijau" (memakai urea) telah memberinya hasil lebih banyak. Sedangkan teknologi organik hingga kini belum bisa memberi hasil maksimal yang meyakinkan bahwa pertanian organik meningkatkan kesejahteraan.

Suratman dan petani lain banyak yang mengeluhkan problem pemasaran. Problem ini disebut-sebut juga oleh Direktur Komunitas Bunderan (UGM Yogyakarta) Gutomo Priyatmono sebagai salah satu masalah yang perlu dipecahkan untuk mendongkrak popularitas pertanian organik.

"Fokus kami pada perluasan pasar. Ketika pasar tidak ada, pertanian organik akan mati. Bila kita ingin menghargai produk pertanian organik, maka harga beli gabah petani tinggi. Akhirnya berujung pada mahalnya produk pertanian," ucap Gutomo.

Harga gabah organik yang tinggi memicu harga beras organik juga mahal. Buntutnya konsumen yang bisa membeli produk pertanian organik akan terbatas sehingga daya serap produk organik ini tidak bisa sebesar beras konvensional yang murah, apalagi beras raskin. Terpautnya harga setidaknya Rp 2.000 per kilogram.

Peneliti Pusat Studi Kawasan dan Pedesaan (PSKP) UGM Mochammad Maksum menambahkan, akademisi di kampus merupakan pihak yang ikut melanggengkan pertanian kimia karena dari situ para akademisi memperoleh proyek.

"Coba Anda masuk perguruan tinggi. Faktanya, berjubel akademis nge-gong-i pendekatan kimiawi dan teramat langka yang melirik organik. Mengapa? Karena akademisi lebih suka proyek," ujarnya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Antonius Budisusila, mengatakan, trauma petani atas peristiwa tahun 1950-1960-an merupakan bagian dari politik ingatan yang membuat petani malas kembali memakai pertanian organik. Petani dihadapkan pada fakta orang antre bahan pangan dan penghapusan paksa memori bertani organik. Petani yang menolak sistem pertanian modern dengan bahan-bahan kimia akan dicap sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dari sisi struktural, petani menghadapi sejumlah masalah yang berkaitan dengan penguasaan tanah. Petani penggarap tentu akan enggan beralih jadi petani organik.

Apalagi sewa tanah tidak dilakukan secara bagi hasil, melainkan dibayar tunai. Akibatnya, petani enggan mencoba metode pertanian yang dianggap "baru", seperti pertanian organik.

Di samping itu, petani menghadapi tawaran tiada henti untuk memperbesar keran konsumsi mereka dengan kemudahan mendapatkan kredit atau pinjaman (termasuk dari pemerintah).

Karena itu, sejumlah agenda reformasi agraria mendesak untuk segera dilaksanakan. Misalnya, membuka kesempatan petani mengakses tanah kas desa. Namun, kepentingan ini masih harus berhadapan dengan tuntutan meningkatkan pemasukan desa yang berbuntut pada keberpihakan desa kepada pemodal.

Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan. Apalagi dengan disertasi tentang masyarakat desa yang telah dilakukan pimpinan bangsa ini diharapkan kebijakan negara untuk ketahanan pangan bisa semakin dekat dengan petani sebagai produsen pangan (Agnes Rita Sulistyawaty)

Koleksi Plasma Nutfah

BB Biogen Mengoleksi Plasma Nutfah 12 Komoditas Pertanian


By Harry Surjadi

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) saat ini mengoleksi kurang lebih 10.562 aksesi dari 12 jenis tanaman pangan pertanian dari padi (termasuk padi liar) sampai suweg. BB Biogen juga mengoleksi plasma nutfah 14 jenis mikroba penting pertanian, dan 3.247 spesies serangga hama pertanian.

Plasma nutfah tanaman pangan -antara lain padi, jagung, kedelai, sorgum, dan kacang-kacangan- disimpan di ruang dingin dengan suhu 140-180 Celsius untuk penyimpanan jangka pendek. Untuk jangka panjang plasma nutfah disimpan dalam cold storage dan chiller bersuhu 00 C sampai -50 C dan untuk jangka panjang sumber gen penting itu disimpan dalam freezer bersuhu -180 C sampai -200 C.

Plasma nutfah jenis ubi-ubian seperti ubi kayu, ubi jalar, dan jenis ubi-ubi lainnya (talas, ubi kelapa, gembili, gadung, garut, ganyong, suweg) dikoleksi di lapangan atau ditanam di kebun koleksi.

Sebanyak 14 jenis (834 aksesi) mikroba penting pertanian disimpan dalam cold storage. Mikroba-mikroba itu sebelumnya dimasukkan ke dalam tabung ampul, atau agar miring, atau mineral oil. Dan Biogen memelihara 3.247 spesies (dari 122 famili; 7 ordo) hama penting pertanian dalam insektarium.

Semua koleksi itu dikelola oleh 342 ahli dengan tingkat pendidikan sarjana sampai doktor. Paling tidak ada 29 doktor dari berbagai disiplin ilmu biologi atau bioteknologi, 48 master, dan 35 sarjana strata satu.

Sejarah BB Biogen dimulai sejak zaman sebelum Indonesia merdeka yaitu tahun 1912 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Laboraturium voor Plantenziekten atau Laboratorium Penyelidikan Penyakit Tumbuhan. Tahun 1930 lembaga itu berubah nama menjadi Institut voor Plantenziekten (Balai Penyelidikan Penyakit Tumbuhan). Tahun 1942 berubah nama lagi menjadi Boeki Bu sampai tahun 1945 ketika Indonesia merdeka diganti namanya menjadi Balai Penyelidikan Hama Tumbuhan.

Sepanjang sejarah BB Biogen berubah nama 10 kali. Sebelum tahun 2003 diberi nama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian atau disingkat BB Biogen, balai penelitian itu bernama Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian dari 2002-2003, dari tahun 1994-2002 bernama Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio), dari tahun 1980-1994 bernama Balai Penelitian Tanaman Bogor (Balittan), antara tahun 1966-1980 sebagai Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bagian Hama dan Penyakit, tahun 1961-1966 Lembaga Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman, dan antara 1945-1961 sebagai Balai Penyelidikan Hama Tumbuhan.

Pupuk Cair Perangsang Buah

Membuat Pupuk Cair Perangsang Tumbuh dan Berbuah

Selain membuat pupuk cair dari sabut kelapa, Haji Ali Mugni (65) juga membuat pupuk cair yang berfungsi merangsang tumbuh dan berbuah. Mugni menggunakan buah-buahan sebagai bahan dasar pupuk perangsang tumbuh dan berbuahnya.

Berikut ini cara membuat pupuk cair perangsang tumbuh dan berbuah ala Haji Ali Mugni:

Bahan
-satu buah mangga
-satu buah pepaya
-0,4 kg tomat
-dua buah pisang ambon
-satu buah nenas
-satu liter air

Cara
1. Semua bahan ditumbuk sampai halus, kemudian ditambahkan air dan diaduk

2. Campuran cair itu kemudian diperas. Cairan perasan ditampung ke dalam jerigen yang telah dibersihkan. Wadah kemudian ditutup rapat.

3. Diamkan cairan ramuan dalam jerigen selama seminggu

4. Setelah ramuan itu mengeluarkan aroma tape maka ramuan itu sudah jadi dan siap digunakan

Cara penggunaan
-Setelah pupuk cair terbuat dari buah-buahan sudah bisa digunakan. Caranya pupuk cair itu disemprotkan ke tanaman.

-Pupuk cair ini bisa diberikan pada tanaman pada saat tanaman kurang lebih 25 hari setelah tanam untuk merangsang pertumbuhan padi.

-Tanaman bisa disemprot lagi ketika memasuki masa berbuah atau meretak untuk merangsang pembuahan.

Mugni bercerita tanaman padinya yang disemprot pupuk cair itu berhasil baik. Padinya menjadi tumbuh subur, bulir padat berisi, dan malai tumbuh memanjang. Mugni menilai pupuk cair ciptaannya itu sama dengan pupuk ZPT buatan pabrik.

Mugni berharap kepada petani lain untuk meninggalkan pupuk dan pestisida. Dulu petani mampu menghasilkan 8-10 ton gabah per hektar dengan biasa produksi rendah. Sekarang untuk lahan dengan luasan yang sama biaya prduksi hanya 4 ton gabah

(Sumber dari buku: “Angin di Hamparan Karawang,” oleh Ratam S, Solihin T, A Agus, Eno Mayono, dan Hery Prasetiyo, diterbitkan oleh Forum Petani Karawang dan Nastari)

Teknologi Peningkatan Kedelai

Teknologi Peningkatan Produksi Kedelai, Sudah Lama Tersedia

Selama periode 2001-2005, Departemen Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah melepas kurang lebih 11 varietas unggul kedelai. Varietas unggul ini memiliki potensi hasil rata-rata 2,5 ton per ha, berumur 85-90 hari, memiliki ukuran biji sedang hingga besar dan dapat beradaptasi di lahan sawah maupun lahan kering.

Kedelai merupakan pangan penting setelah padi dan jagung. Selain sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai sebaai penurun kolesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Kedelai juga berfungsi sebagai anti-oksidan dan dapat mencegah penyakit kanker.

Awal tahun 2008 ini kita dikejutkan dengan melambungnya harga kedelai di pasaran yang mengakibatkan para pengrajin tempe dan tahu menjadi sangat terpukul. Bahkan ketika Presiden SBY melakukan rapat koordinasi terbatas dengan Menteri Pertanian dan jajaran Eselon I di Departemen Pertanian, salah satu agenda bahasannya adalah bahan baku tempe dan tahu, yaitu kedelai.

Sebenarnya prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang relatif cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani. Disamping itu, pasar komoditas kedelai masih terbuka lebar. Usahatani kedelai menguntungkan dari segi finansial dengan pendapatan bersih sekitar Rp. 2,05 juta/ha. Meskipun demikian areal panen kedelai terus menurun dari 1,48 juta ha pada tahun 1995 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004 dengan laju penurunan 10% per tahun. Kemungkinan salah satu penyebabnya adalah turunnya harga riil kedelai di tingkat produsen karena tingginya impor kedelai akhir-akhir.

Dalam hal ketersediaan teknologi, Badan Litbang Pertanian, sebagai salah satu lembaga penelitian yang bertanggung jawab terhadap inovasi teknologi pertanian, telah menghasilkan varietas unggul kedelai. Varietas ini diharapkan dapat menjawab tingkat kebutuhan kedelai di pasaran yang mencapai 1,9-2 juta ton per tahun.

Varietas tersebut antara lain :Varietas Potensi hasil (t/ha) Umur, ukuran biji Adaptasi
Sinabung
2,5 85 hr (sedang) Lahan Sawah
Kaba
2,6 85 hr (sedang) Lahan Sawah
Anjasmoro
2,5 85 hr (besar) Lahan Sawah
Mahameru
2,5 87 hr (besar) Lahan Sawah
Panderman
2,5 85 hr (besar) Lahan Sawah
Ijen
2,5 85 hr (sedang) Lahan Sawah
Tanggamus
2,7 88 hr (sedang) Lahan Kering
Sibayak
2,5 89 hr (sedang) Lahan Kering
Nanti
2,5 91 hr (sedang) Lahan Kering
Ratai
2,6 90 hr (sedang) Lahan Kering
Seulawah
2,7 90 hr (sedang) Lahan Kering


Agar produksi kedelai maksimal, penggunaan varietas unggul ini perlu dukungan teknik pengelolaan lahan, air, tanaman dan organisme pengganggu tanaman (LATO), serta komponen teknologi yang dikemas dalam model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Tahun 2005, Badan Litbang Pertanian telah menerbitkan Buku Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis 17 Komoditas Pertanian, yang salah satunya memuat Kebijakan Pengembangan Kedelai.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian