Jumat, 18 Januari 2008

Angkak

Angkak Meningkatkan Jumlah Trombosit

KEMBALI tahun ini gigitan nyamuk betina si belang Aedes aegypti membawa petaka, wabah virus demam berdarah dengue (DBD). Virus DBD masuk ke dalam tubuh, ber-replikasi dalam simpul-simpul getah bening, menginfeksi sel-sel darah putih dan kelenjar getah bening. Penderita akan demam, trombosit darah turun drastis (( 100.000 /ml), terdapat ruam merah di kulit karena darah merembes keluar dari pembuluh kapilernya, shock dan kematian dapat menjelangnya.

Secara praktis jumlah trombosit merupakan indikator penting dalam penyakit ini. Berbagai cara dilakukan untuk menaikkan jumlahnya agar si penderita mampu bertahan dan sembuh. Salah satunya yang sekarang mulai populer adalah dengan angkak. Angkak sebenarnya adalah "beras jamuran", beras yang sengaja ditanami kapang (janur) merah Monascus purpureus. Angkak secara tradisi telah lama dimanfaatkan sebagai bumbu, pewarna dan obat, termasuk di antaranya adalah obat demam.

Dapatkah Angkak meningkatkan jumlah trombosit penderita demam berdarah?

Pertanyaan ini telah banyak dilontarkan sejumlah orang di berbagai tempat, termasuk di koran, tabloid, TV dan internet. Pemberian "beras jamuran" isolat Monascus purpureus JmbA pada tikus Wistar putih di laboratorium ternyata mengindikasikan adanya potensi angkak dalam meningkatkan jumlah trombosit. Trombosit tikus percobaan meningkat lebih separuhnya (67%) dari kondisi awal setelah seminggu pemberian angkak sebanyak 0,1 gram/ekor/hari. Pemberian angkak dalam jumlah sepersepuluh dari dosis tersebut pun meningkatkan jumlah trombosit sampai setengahnya. Jumlah trombosit mencapai dua kali lipatnya ketika dosis angkak dinaikan menjadi 0.5 g/ekor/hari. Tikus percobaan tetap aktif dan tidak teramati adanya perubahan kondisi yang berarti selama masa percobaan.

Bagaimana angkak dengan lovastatinnya dapat meningkatkan trombosit dan membantu perang melawan virus DBD? Sebenarnya lovastatin dikenal baik sebagai agen penurun kolesterol. Setidaknya dalam mekanisma penurunan kolesterol, lovastatin menurunkan "kolesterol jahat" LDL (low density lipoprotein) dengan mengoksidasinya. LDL yang teroksidasi inilah, bersama dengan protein perangsang kinetika monosit dan megakaryosit (monocyte and megakaryocyte chemotactic protein-1) merangsang regenerasi dan pengumpulan monosit dan megakaryosit untuk bermigrasi ke ruang endothelium dan berubah, masing-masing menjadi makrofaga dan trombosit aktif. Makrofaga dan trombosit inilah yang berperang dengan virus DBD untuk mengeliminasinya.

Selain meningkatkan jumlah dan fungsi makrofaga dan trombosit, angkak dengan lovastatinnya juga dapat menyumbangkan ubiquinone dan hemeA yang penting dalam peningkatan energi sel dan perbaikan sel-sel darah merah. Kedua hal ini sangat penting dalam mendukung proses penyembuhan penyakit DBD.

Bagaimana peluang pengaruh buruk angkak?

Lovastatin dalam dosis pakainya secara umum sangat ditolerir oleh metabolisma tubuh. Gangguan hati dan otot dapat terjadi terutama pada individu yang sensitif terhadap kasus overdosis dan atau bersamaan dengan pemberian obat anti jamur berbasis bahan aktif azole. Strain Monascus purpureus perlu juga diperhatikan karena strain tertentu memproduksi citrinin dalam jumlah tinggi. Citrinin adalah salah satu bahan kimia yang beracun dari kapang. Kontaminasi angkak oleh bakteri dan kapang lain yang berbahaya harus dihindari dalam pembuatan dan penyimpanan angkak.

Kapang Monascus purpureus JmbA dengan kandungan lovastatinnya adalah salah satu dari keanekaragaman mikroba Indonesia yang memiliki potensi biomedis yang dapat dikembangkan. Lovastatin adalah bahan bioaktif yang dikenal baik berperan dalam penurunan kolesterol, pengobatan diabetes, jantung koroner, rapuh tulang, penghambatan tumor dan penyakit degeneratif. Riset dan konservasi keanekaragaman mikroba harus dilakukan. Karena seperti fenomena DBD berlaku jargon keanekaragaman hayati: Lestari atau Mati.

(Novik Nurhidayat- Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikroorganisma, Puslit Biologi LIPI, Bogor)

Tidak ada komentar: