Minggu, 03 Februari 2008

Teknologi di Luar Musim

Indonesia Kembangkan Teknologi Produksi Buah di Luar Musim


By Redaksi Pustakatani

Para peneliti Indonesia dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Balai Penelitian Bioteknologi dan Genetika (Balitbiogen) LIPI berhasil mengembangkan teknologi produksi buah di luar musim. Demikian dilaporkan oleh Kantor Berita Nasional Antara tanggal 8 Januari 2007 di Bogor.

"Panen rambutan binjai pada tahun 2006 lalu merupakan panen kesembilan kalinya, sejak penelitian buah-buahan tropika dimulai pada tahun 1993," kata Prof Dr Ir H Roedhy Poerwanto, MSc, peneliti senior di IPB, Senin tanggal 8 Januari 2007.

Wujud temuan teknologi tersebut berhasil dilakukan untuk buah rambutan binjai yang pada awal Desember 2006 panen raya di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB, Jalan Raya Tajur, Bogor.

Ia menjelaskan, di lahan seluas tujuh hektar, yang dua hektar diantaranya ditanami rambutan, PKBT memulai penelitian dengan pendanaan dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) berupa Dana Penelitian Hibah Bersaing.

"Sekarang pendanaan penelitian dilanjutkan dengan dana dari Kantor Menteri Negara Riset dengan nama Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas)," katanya.

Ketika ditanya mengapa rambutan jenis binjai yang dipilih untuk penelitian, ia menjelaskan, lantaran merupakan salah satu varietas unggul rambutan dibanding varietas lainnya.

"Cita rasa dan produktivitasnya sangat unggul. Meski demikian ada kelemahannya juga, yakni mudah terserang kanker batang," katanya.

Ia pun menyebutkan, obat kanker batang adalah campuran deterjen dan lisol, sejenis obat yang biasa digunakan untuk mengepel lantai.

Menurut dia, yang paling mendasar dari temuan penelitian teknologi produksi buah di luar musim adalah berguna untuk mempercepat mulai masa panen.

"Bahkan, Departemen Pertanian negara Thailand pernah meminta izin khusus, agar teknologi ini bisa digunakan oleh para petani di Thailand," ungkap Roedhy Poerwanto.

Ia menambahkan, rambutan binjai yang sebenarnya pada skala penelitian tersebut sudah bisa dijual, bahkan untuk beberapa daerah, seperti di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, hasilnya sudah diekspor, antara lain ke Hongkong, Singapura, Timur Tengah dan Belanda.

Tidak ada komentar: